Rabu, 23 November 2011
'Jimi Hendrix Gitaris Terhebat Sepanjang Masa'
TEMPO Interaktif, New York - Musisi legendaris Jimi Hendrix dinobatkan sebagai pemain gitar terhebat sepanjang masa oleh majalah Rolling Stone, Rabu, 23 November 2011. Hendrix dipilih sebuah panel yang berisi ahli musik dan pemain gitar papan atas dunia.
"Jimi Hendrix mengguncang kesadaran kami tentang bagaimana seharusnya sebuah musik rock terpaparkan. Dia memanipulasi gitar, whammy bar, studio, dan panggung," ujar gitaris Rage Against the Machine Tom Morello di Rolling Stone. Morello menyebut Purple Haze dan The Star-Spangled Banner sebagai lagu pamungkas Hendrix.
Hendrix dibuntuti Eric Clapton, B.B. King, Keith Richards, Jimmy Page, dan Pete Townshend dalam daftar 10 gitaris terhebat versi Rolling Stone. Daftar tersebut disesaki ikon rock 'n' rolls selama beberapa dekade. Panel juri yang memilih daftar tersebut juga diisi musisi kawakan seperti Lenny Kravitz, Eddie Van Halen (yang juga masuk daftar di nomor 8), Brian May, serta Dan Auerbach dari The Black Keys. Selain mereka, panel juri juga termasuk penulis senior dan editor Rolling Stone.
Daftar penuh gitaris terhebat tersebut bakal tampil di edisi khusus Rolling Stone dengan empat sampul spesial terdiri dari Van Halen, Clapton, Hendrix, dan Page.Nama Hendrix berkibar setelah tampil menggemparkan saat membakar gitarnya di Monterey Pop Festival pada Juni 1967. Ia dikenal memiliki kemampuan yang luar biasa dan menciptakan suara-suara eksperimental dari gitarnya. Hendrix meninggal dunia di London pada 18 September 1970.
Berikut ini daftar 10 gitaris terhebat versi Rolling Stone:
1. Jimi Hendrix
2. Eric Clapton
3. Jimmy Page
4. Keith Richards
5. Jeff Beck
6. B.B. King
7. Chuck Berry
8. Eddie Van Halen
9. Duane Allman
10. Pete Townshend
Minggu, 20 November 2011
Jumat, 18 November 2011
Selasa, 15 November 2011
PEE WEE GASKINS PROFILE
"Donald “Pee Wee” Gaskins adalah salah seorang pembunuh tersadis dalam sejarah. Lebih dari 100 kasus pembunuhan dilakukan olehnya."
Dengan mengambil nama Pee Wee Gaskins, sebuah band asal Jakarta mencoba mencari arti filosofis dari nama band tersebut. Pee Wee, yang berarti kecil, tapi bisa mempunyai kemampuan di atas rata-rata. Dan band yang merasa kecil ini berharap menjadi besar, tapi tentu bukan dengan membunuh.
Inilah mereka, Pee Wee Gaskins! Band yang dimotori Dochi (gitar&vokal), Sansan (gitar&vokal), Omo (synthesizer), Aldy (drum), Eye (bass). Konon, di kalangan ABG SMP atau SMA band ini jadi menu wajib dalam pensi. Kedua, mereka menempati posisi 2 untuk Top Indie Artists di MySpace. Ini pasti band keren. Pembuktian ini ditunjukan Pee Wee Gaskins via The Sophomore, album kedua mereka. Tengok langsung lagu andalan di track no 2 yang berjudul Welcoming The Sophomore. Nuansa remaja terasa kental di lagu berbahasa Inggris ini, teriakan ala cheerleader bersahut-sahutan dengan beat penuh semangat dan bunyi-bunyian synthesizer. Vokal bersahutan dan saling mengisi jadi warna khas Pee Wee Gaskins. Part gitar yang padat dan penggunaan synthesizer yang catchy menjadi ramuan yang sangat segar.
“We try to make some killer music” Dochi, Pee Wee Gaskins Dengan total 13 track, terdiri dari sebuah intro, 8 lagu berbahasa Inggris, 4 lagu berbahasa Indonesia, Anda juga bisa menemukan sedikit part akustik dari lagu Di Balik Hari Esok yang disembunyikan oleh mereka. Lalu mereka memasukkan beberapa sound yang tidak ada di album sebelumnya, seperti gang vocals dan loop-loop yang lebih terasa, dibalut dengan sound gitar yang lebih berat dari sebelumnya.
Mendengarkan Pee Wee Gaskins serasa mendengar daur ulang musik Simple Plan, Good Charlotte, atau band pop punk yang sejenisnya, kecuali satu hal: adanya unsur synthetizer yang kental, dan karakter vokal utama serta vokal latar dengan harmoni suara dua-tiga yang khas hanya dimiliki band-band emo seperti My Chemical Romance, atau model kombinasi satu-dua Tom DeLonge dan Mark Hoppus dari Blink-182.
Synthetizer bolehlah jadi satu keunikan mereka, meski secara garis besar musik mereka adalah layaknya musik arus utama pop punk. Endank Soekamti atau Superman is Dead malah memiliki karakter yang lebih kuat menurut saya, meski suara vokalis kedua band itu kalah jauh dari Pee Wee (San San).
Dengan mengambil nama Pee Wee Gaskins, sebuah band asal Jakarta mencoba mencari arti filosofis dari nama band tersebut. Pee Wee, yang berarti kecil, tapi bisa mempunyai kemampuan di atas rata-rata. Dan band yang merasa kecil ini berharap menjadi besar, tapi tentu bukan dengan membunuh.
Inilah mereka, Pee Wee Gaskins! Band yang dimotori Dochi (gitar&vokal), Sansan (gitar&vokal), Omo (synthesizer), Aldy (drum), Eye (bass). Konon, di kalangan ABG SMP atau SMA band ini jadi menu wajib dalam pensi. Kedua, mereka menempati posisi 2 untuk Top Indie Artists di MySpace. Ini pasti band keren. Pembuktian ini ditunjukan Pee Wee Gaskins via The Sophomore, album kedua mereka. Tengok langsung lagu andalan di track no 2 yang berjudul Welcoming The Sophomore. Nuansa remaja terasa kental di lagu berbahasa Inggris ini, teriakan ala cheerleader bersahut-sahutan dengan beat penuh semangat dan bunyi-bunyian synthesizer. Vokal bersahutan dan saling mengisi jadi warna khas Pee Wee Gaskins. Part gitar yang padat dan penggunaan synthesizer yang catchy menjadi ramuan yang sangat segar.
“We try to make some killer music” Dochi, Pee Wee Gaskins Dengan total 13 track, terdiri dari sebuah intro, 8 lagu berbahasa Inggris, 4 lagu berbahasa Indonesia, Anda juga bisa menemukan sedikit part akustik dari lagu Di Balik Hari Esok yang disembunyikan oleh mereka. Lalu mereka memasukkan beberapa sound yang tidak ada di album sebelumnya, seperti gang vocals dan loop-loop yang lebih terasa, dibalut dengan sound gitar yang lebih berat dari sebelumnya.
Mendengarkan Pee Wee Gaskins serasa mendengar daur ulang musik Simple Plan, Good Charlotte, atau band pop punk yang sejenisnya, kecuali satu hal: adanya unsur synthetizer yang kental, dan karakter vokal utama serta vokal latar dengan harmoni suara dua-tiga yang khas hanya dimiliki band-band emo seperti My Chemical Romance, atau model kombinasi satu-dua Tom DeLonge dan Mark Hoppus dari Blink-182.
Synthetizer bolehlah jadi satu keunikan mereka, meski secara garis besar musik mereka adalah layaknya musik arus utama pop punk. Endank Soekamti atau Superman is Dead malah memiliki karakter yang lebih kuat menurut saya, meski suara vokalis kedua band itu kalah jauh dari Pee Wee (San San).
Langganan:
Postingan (Atom)